Kamis, 28 November 2013
Contoh Susunan Skripsi
Jurusan : Sejarah dan Kebudayaan Islam
Judul Skripsi : PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH DI KEC. ALLA KAB. ENREKANG
A. Latar Belakang Masalah
Dalam masyarakat Sulawesi Selatan terdapat berbagai macam komunitas yang menganut semacam aliran atau tradisi yang menjadi ciri khas dari komunitas di daerah-daerah yang ada di Sulawesi Selatan dan bahkan sebelum agama Islam diterima di Sulawesi Selatan ada terdapat beberapa kepercayaan yang dianut oleh etnik atau suku bangsa. Setelah Islam masuk dan berkembang di Sulawesi Selatan, system kepercayaan peninggalan leluhur tersebut mengalami perubahan besar-besaran, sekalipun di dalam perkembangan selanjutnya Islam berupaya mengadaptasi dan mengkulturasi budaya Islam dan budaya local di daerah-daerah yang ada di Sulawesi Selatan.
Muhammadiyah adalah sebuah Persyarikatan yang didirikan oleh Kiai Haji Ahmad Dahlan pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 Hijriyah bertepatan tanggal 18 November 1912 Miladiyah di Yogyakarta untuk jangka waktu tidak terbatas. Muhammadiyah adalah Gerakan Islam, Dakwah amar ma’ruf nahi munkar dan Tajdid yang bersumber pada Al-Qur’an dan As Sunnah. Kelahiran Muhammadiyah tidak lain kerena diilhami, dimotivasi dan disemangati oleh ajaran-ajaran Al Qur’an. Dan apa yang digerakkan oleh Muhammadiyah tidak ada motif lain kecuali semata-mata untuk merealisasikan prinsip-prinsip ajaran Islam dalam kehidupan yang riil dan konkrit. Gerakan Muhammadiyah hendak berusaha untuk menampilkan wajah Islam dalam wujud yang riil, konkrit dan nyata, yang dapat dihayati, dirasakan dan dinikmati oleh umat sebagai rahmatan lil alamin. Oleh Alasan tersebut Muhammadiyah disebut sebagai gerakan Islam.[1]
Di samping itu, Muhammadiyah juga memiliki identitas sebagai gerakan Dakwah maksudnya adalah Muhammadiyah meletakkan khittah atau strategi dasar perjuangannya yaitu dakwah Islam, amar makruf nahi munkar dengan masyarakat sebagai medan atau kancah perjuangannya. Muhamadiyah berkiprah di tengah-tengah masyarakat bangsa Indonesia dengan membangun berbagai amal usaha yang benar-benar dapat menyentuh hajat hidup orang banyak seperti berbagai macam ragam lembaga pendidikan mulai dari tingkat TK sampai Perguruan Tinggi, membangun Rumah Sakit, Panti Asuhan dan sebagainya. Seluruh amal usaha Muhammadiyah itu merupakan manifestasi atau perwujudan dakwah islamiyah. Semua amal usaha diadakan dengan niat dan tujuan yang tunggal, yaitu untuk dijadikan sarana dan wahana dakwah Islam sebagaimana yang diajarkan al-Quran dan as-Sunnah Shahihah.
Identitas Muhammadiyah yang ketiga adalah sebagai gerakan Tajdid, maksudnya adalah Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharuan atau gerakan reformasi. Secara istilah tajdid memiliki pengertian pemurnian dan peningkatan, pengembangan, modernisasi, dan yang semakna dengannya.
Pemurnian maksudnya adalah pemeliharaan matang ajaran Islam yang berdasarkan kepada al-Qur’an dan as-Shahihah. Muhammadiyah meyakini matang ajaran Islam yang harus dipelihara sebagaimana yang terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah adalah yang berkaitan dengan Aqidah dan Ibadah.
Dalam sejarah perkembangan umat Islam ditemukan praktek percampuran ajaran 7 Islam antara Aqidah dengan yang bukan Aqidah misalnya mengkeramatkan kuburan, mengkeramatkan ulama, dan sebagainya. Padahal dalam ajaran Islam yang harus dikeramatkan itu hanyalah Allah SWT. Hal inilah yang menjadi tugas Muhammadiyah untuk memurnikan Aqidah Islam kembali.
Asas Muhammadiyah adalah Islam, maksudnya adalah asas idiologi persyarikatan Muhamadiyah adalah Islam, bukan kapitalis dan bukan pula sosialis. Dewasa ini idiologi yang berkembang di dunia ada tiga yang dominan, yaitu : kapitalis, sosialis dan Islam. Masyarakat yang beridiologi kapitalis di motori oleh Amerika dan Eropa, setelah usai perang dingin menunjukkan eksistensinya yang lebih kuat. Sedangkan yang beridiologi sosialis di motori oleh Rusia dan Cina. Khusus Rusia mengalami depolitisasi pasca perang dingin, dan cenderung melemah posisi daya tawarnya bagi sekutu-sekutunya. Sementara masyarakat yang beridiologi Islam memag ada kecenderungan menguat namun tidak ada pemimpin yang kuat secara politis.
Namun idiologi dalam perspektif Muhammadiyah adalah idiologi gerakan. Idiologi gerakan Muhammadiyah merupakan sistematisasi dari pemikiran-pemikiran mendasar mengenai Islam yang diproyeksikan dan diaktualisasikan ke dalam sistem gerakan yang memilki ikatan jama’ah, jam’iyah dan imamah yang solid.
Sejak lahirnya Muhammadiyah memang sudah dapat diketahui asas gerakannya, namun pada tahun 1938-1942 di bawah kepemimpinan Kyai Mas Mansur mulai dilembagakan idiologi Muhammadiyah, yaitu dengan lahir konsep Dua Belas langkah Muhammadiyah. Yaitu memperdalam iman, memperluas faham keagamaan, memperbuahkan budi pekerti, menuntun amalan intiqad, menguatkan persatuan, menegakkan keadilan, melakukan kebijaksanaan, menguatkan tanwir, mengadakan musyawarah, memusyawaratkan putusan, mengawasi gerakan kedalam dan memperhubungkan gerakan keluar. Dengan lahirnya konsep ini maka Muhammadiyah tumbuh menjadi paham dan kekuatan sosial-keagamaan dan sosial politik tertentu di Indonesia. [2]
Muhammadiyah didirikan untuk menyampaikan faham keagaaman dengan cara lebih mudah dan tepat diterima baik dari oleh kaum terpelajar maupun halayak awam, maka sedikit banyaknya Muhammadiyah telah berhasil mempertemukan syari’at agama dengan alam pikiran modern.
Sementara itu, giatnya kaum kristen dengan usaha-usaha missi keagamaannya. Sebagaimana diungkapkan A.Jainuri bahwa :
“Sejak tahun 1909 kegiatan misi kristen semakin luas terutama dalam bidang pendidikan, dimana sekolah misi mendapat pengakuan pemerintah dan seringpula mendapat bantuan. Bahkan lebih jauh seperti dikatakan Sartono, bahwa usaha untuk menjalankan prinsip-prinsip kristen dalam pemerintahan seperti surat edaran mingguan dan surat edaran pasar yang melarang segala kegiatan resmi pada hari minggu, menimbulkan kegelisahan masyarakat yang tidak mengenal nilai atau prisip tersebut dalam lingkungan budanya. Politik kristenisasi ini seperti diketahui kemudian mendapat oposisi dari umat Islam yang dipelopori oleh Muhammadiyah. [3]
Hal semacam itu yang menyadarkan Kyai Haji Ahmad Dahlan untuk membangun organisasi da’wah yang kuat dan tertib. Sehingga dengan organisasi tersebut bisa mengimbangi dan melebihi usaha-usaha golongan lain di indonesia. Sejak berdirinya Muhammadiyah dengan bertitik tolak dari dorongan iman untuk menciptakan pribadi dan nizam yang bermutu. Pendiri Muhammadiyah Kyai Haji Ahmad Dahlan bertolak dari keimanan dan agama sebagai nur. Dengan modal itu Muhammadiyah dibangun dan digerakkan oleh azas dan perjuangannya.
Azas dan perjuangan Muhammadiyah mula-mula dirumuskan dalam dua kalimat yaitu :
1. Memajukan dan menggembirakan pengajaran dan pelajaran islam
2. Memajukan dan menggembirakan kehidupan sepanjang kemauan agama Islam kepada sekutu-kutunya. [4]
Muhammadiyah lahir pada tahun 1912 M, perserikatan ini telah mulai membangun tanah air dan bangsanya di dua bidang, bidang spiritual dan bidang material yang satu dengan yang lainnya tidak dapat dipisah-pisahkan. Sementara itu ulama-ulama kita juga menbanguna pesantren-pesantren yang bertebaran diseluruh tanah air yang merupakan benteng utama bagi pemeliharaan cita-cita kemerdekaan Indonesia.
Muhammadiyah sejak zaman kolonial selain membangun rumah yatim piatu, sekolah dan balai kesejahteraan juga organisasinya, seperti pemuda Muhammadiyah, hizbul wathan, Aisyiah dan Nasiatul Aisyiah, telah menanamkan cita-cita kemerdekaan Indonesia, cinta tanah air dan bangsa yang disiramnya bukan dari pendapat manusia melainkan dari ajaran Allah dan Rasulnya.
Muhammadiyah sebagai suatu organisasi keagamaan yang tujuan amat besar dan luas, maka perubahan-perubahan yang telah diadakan sangat luas dan besar. Perubahan yang mula-mula dilakukan oleh Muhammadiyah lebih banyak menitik beratkan pada kemurnian tauhid dan ibadah dalam Islam antara lain :
a. Meniadakan kebiasaan menuju bulani (jawa : tingkep) yaitu selamatan bagi orang yang sedang hamil dalam usia 7 bulan. Kebiasaan ini merupakan peninggalan dari adat Hinduisme, Budhisme, masing-masing daerah berbeda cara dan macam upacara menuh bulani, tetapi pada dasarnya berjiwa sama yaitu dengan maksud mendoakan bayi yang masih berada dalam kandungan.
b. Menghilangkan tradisi keagamaan yang tumbuh dari kepercayaan Islam sendiri seperti selamatan untuk menghormati syech Abdul Kadir Jailani dan lainnya. Yang dikenal dengan manakiban. Perubahan-perubahan tersebut masih banyak lagi kegiatan dibidang keagamaan lain seperti : pendidikan, kemasyarakatan dan poltik. Ciri Muhammadiyah dalam beramal bersemboyan “sedikit bicara banyak kerja” benar dibuktikan dalam amaliyah. Pendiri Muhammadiyah Kyai Haji Ahmad Dahlan khawatir melihat kaum muslimin umumnya dan disekeliling beliau khususnya dalam keadaan yang menyedihkan. Umat Islam Indonesia tidak memegang teguh al-Quran dan sunah rasul akibat merajalelanya tahyul, sirik, keruntuhan akhlak, tenggelam ke dalam lembah kerendaahan, sehingga tidak termasuk golongan yang terhormat dalam masyarakat. Oleh karena itu Muhammadiyah berusaha agar tiap orang yang menjalankan perintah agamanya dengan benar dan berusaha mewujudkan masyarakat Islam yang sebenarnya.
Muhammadiyah terutama mempelajari secara mendalam hukum-hukum dalam agama Islam dengan berpedoman kepada al-Quran dan Al Hadits melalui Majelis Tarjih. Muhammadiyah bergerak ditengah-tengah lapisan umat, sejak dari lapisan atas sampai lapisan bawah, Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan sejak berdirinya, perkembangannya sekarang tidak sedikit hambatan dan rintangan yang dialaminya.
Pemerintah belanda khawatir melihat kemajuan umat Islam. Mereka khawatir kalau-kalau Muhammadiyah dapat menghancurkan pemerintah kolonial. Gerakan Muhammadiyah dibatasi izin-izin rapat dapat dipersulit. Zaman pendudukan Jepang tidak kalah pula kejamnya. Banyak gerakan amal Muhammadiyah dilarang. Sekolah ditutup,rapat tidak diperbolehkan, praktis Muhammadiyah dibekukan, namun demikian jiwa Muhammadiyah dalam dada pengikutnya tidak akan hilang. Kemerdekaan yang dicapai oleh bangsa Indonesia dengan pengorbanan jiwa dan raga, Muhammadiyah tidak ketinggalan ikut serta dalam berjuang. Untuk mencapai kemerdekaan itu Muhammadiyah telah bekerja keras dengan penuh kepercayaan, dengan mengharapkan keridhaan Allah.
Muhammadiyah berusaha mengembalikan orang-orang yang telah menyeleweng dari ajaran Islam kepada tuntutan Islam yang sebenarnya, yaitu menurut perintah Allah dan ajaran Nabi Muhammad Saw. Aktivitas Muhammadiyah dalam pendidikan ini dapat dibayangkan beberapa biaya yang dibutuhkan setiap bulan dan setiap tahunnya. Belum lagi jika dinilai betapa perserikatan Muhammadiyah telah bangkit kemajuan dan mencerdaskan bangsa, serta mengisi kemerdekaan dalam wujud pembangunan material dan spiritual.
Perjuangan Muhammadiyah secara mutlak ditandai dengan adanya “Tajdid” atau pembaharuan. Sebagaimana keterangan yang penulis peroleh dari salah seorang tokoh Muhammadiyah di Kabupaten Enrekang mengatakan bahwa: sebelum datangnya Muhammadiyah di Kabupaten Enrekang maka yang paling membudaya dikalangan masyarakat adalah mencampurbaurkan antara ajaran agama dengan adat istiadat mereka. Tetapi dengan munculnya Muhammadiyah sebagai gerakan pembaharu cukup membawa pengaruh yang besar. Perkataan Tajdid yang berasal dari bahasa arab yang berarti pembaharuan.
a. Pembaharuan yang dimaksud ialah perubahan sifat adat tradisional yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, bertajlid buta, jamud dan lain-lain sebagainya.
b. Istilah Tajdid atau pembaharuan dalam kalangan Muhammadiyah diartikan sebagai berikut :
“Pikiran, aliran dan uasaha untuk merubah faham-faham adat istiadat, institusi-institusi lain dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern. [5]
Pendapat ini adalah umum dikalangan masyarakat barat yang kemudian memasuki dunia Islam ketika umat Islam mengalami kemerosostan atau kemunduran.
Dari kalangan pembaharu Islam terdapat dua pendapat yaitu :
1. Ajaran Islam yang sifatnya absolut mutlak dan tidak boleh mengalami perubahan, yaitu masalah ibadah, karena telah pasti baik dari ssegi khalalan maupun dari segi riwayatnya, misalnya :
a. Shalat lima waktu (lima kali) sehari semalam
b. Adanya Allah dan kekuasaannya
c. Adanya hari kebangkitan
d. Berpuasa pada bulan ramadhan
2. Ajaran yang bersifat relatif dan tidak absolut, ajaran yang karena sifatnya baik dari segi khalalan maupun dari segi riwayat. Masih bersifat Dhany, seperti masalah Muamalah.
Hal mengenai Muamalah inilah yang dapat mengalami perubahan dan merupakan lapangan bagi ulama-ulama Mujtahid. Hal ini disebabkan karena masalah yang berhubungan dengan kehidupan kemasyarakatan, itu yang banyak terdapat dalam golongan yang kedua ini, dan petunjuk dalam al-Quran mengenai persoalan semacam ini sangat sedikit sekali ayat dari seluruh isi ayat al-Quran.
Gagasan pembaharuan keagamaan yang dihadirkan oleh Muhammadiyah untuk pertama kalinya di Desa Masalle Buntu Sarong pada tahun 1937 yaitu di Pasui pada pusat kerajaan Buntu Batu. Gagasan pembaharuan ini dihadirkan oleh para ulama-ulama yang datangnya dari Makassar, Bone Rappang dan Enrekang. Di Desa Masalle Buntu Sarong Kecamatan Alla ide pembaharuan ini dibawah atau didirikan oleh guru Baba. Kehadiran guru Baba di Baraka pada masa itu dalam perjalanan dakwahnya belum mengatas namakan Muhammadiyah. Walaupun demikian ajaran-ajaran atau paham-paham yang disampaikan dalam dakwanya sama dan sejalan dengan apa yang diinginkan dan dicita-citakan oleh Muhammadiyah untuk pengembangan ide-idenya. Guru Baba sempat tinggal beberapa bulan di Buntu Lamba, yang pada masa itu tinggal bersama kadi Malua yaitu guru Muhammad. Usaha pengembangan organisasi dan keyakinan Muhammadiyah, kepada masyarakatnya, ditahap awal ditekankan dan diprioritaskan usaha penanaman keyakinan keagamaan pada masyarakat Desa Masalle Buntu Sarong. Keyakinan keagamaan ini yakni berusaha memberikan pengertian kepada masyarakat tentang pelaksanaan-pelaksanaan ajaran Islam yang sesuai dengan al-Quran dan sunnah Rasulullah SAW. dimana hal ini sekaligus sebagai tujuan dan sasaran yang ingin dicapai oleh Muhammadiyah. Pelaksanaan ini utamanya ditujukan atau sasaran utamanya adalah menyangkut aspek-aspek pelaksanaan Islam/keagamaan yang masih dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan dalam masyarakat, pelaksanaan Islam yang dipengaruhi oleh kepercayaan-kepercayaan yang lain diluar Islam (aluk tojolo), yang dikategorikan sebagai bid’ah (penambahan dan pengurangan pelaksanaan ibadah).
Aspek-aspek pelaksanaan Islam yang dipengaruhi oleh adat dan kebiasaan misalnya, yang bersumber dari aluk tojol itu sendiri antara lain persembahan yang dilakukan/ diperuntukkan bagi hal-hal yang menyangkut atau yang berhubungan dengan siklus hidup usaha-usaha dan hasil pertanian, juga termasuk pelaksanaan-pelaksanan sebagian ajaran Islam (kesyukuran) hari-hari besar Islam, yang dicampur baur dengan ajaran atau kepercayaan terhadap roh-roh nenek moyang (aluk tojolo). Disamping itu bahwa dalam usaha penanaman keyakinan keagamaan pada masyarakat sesuai yang disarankan Muhammadiyah, juga berusaha dan berjuang untuk memberikan pengertian dan perbandingan tentang pokok-pokok keyakinan yang melekat pada masyarakat yang didatangi (Masalle), seperti adanya kepercayaan-kepercayaan terhadap Dewata Sewwae yang dianggap akan dapat memberikan petunjuk, bahkan oleh mereka dianggap dapat menentukan seseorang yang meninggal masuk atau tidaknya ke dalam surga. Kenyataan yang didapatkan dan dihadapi oleh pembawa ide Muhammadiyah di atas, merupakan tantangan besar yang dihadapi pada masyarakat, termasuk pada masyarakat Masalle Buntu Sarong, sehingga usaha dan perjuangan kearah pencapaian cita-cita yang diinginkan membutuhkan kesabaran dan ketabahan para pendakwanya. Guru Baba misalnya dalam melaksanakan dakwanya yang dilakukan dari masjid ke masjid yang pada masa itu hanya ada tiga buah masjid untuk tiga buah kerajaan.
Ketiga masjid termasuk adalah masjid kerajaan Malua di Malua, masjid kerajaan Alla di Kalosi dan masjid kerajaan Buntu Batu di Mantarin. Atas bantuan Kadi Malua sebagai pendukung ide yang dibawakannya itu, sehingga beliau (Guru Baba) tidak terlalu mendapat kesulitan dalam menyampaikan idenya walaupun pada tahap awal ini hanya dari masjid ke masjid. Ide pembaharuan ini telah diterima dengan baik oleh orang Masalle yang ditandai oleh diterimanya faham ini oleh Guru Muhammad dan Andi Bahria yang sekaligus pada masa itu menyuruh dan mengutus beberapa santrinya ke Rappang untuk menuntut ilmu agama. Dalam situasi yang demikian (sebelum kembalinya utusan dari rappangI di Masalle sudah ada beberapa orang yang sudah memasuki organisasi Muhammadiyah secara formal. Hal ini dapat dibuktikan dengan masuknya Andi Bahria sebagai anggota Tasiar (jauh) Rappang yang pada masa itu muhammadiya di Masalle baru dalam bentuk ranting, dibawah kordinasi cabang Enrekang. Lancarnya keanggotaan sebahagian dari orang Masalle pada cabang Rappang ini ditunjang oleh karena pada masa itu Guru Muhammad yang ibunya orang Rappang tetap tinggal di Rappang sebagai guru pada sekolah Muhammadiyah. Penerimaan awal masyarakat/ orang Masalle tentang Muhammadiyah yaitu ditandai dengan adanya orang Masalle yang masuk dan menjadi anggota tasiar (jauh) Muhammadiyah daerah Rappang yang pada masa itu Enrekang baru berstatus cabang, saat itu pengelolaan Muhammadiyah di Masalle belum dilaksanakan secara organisasitoris.
Dari hal tersebut diatas menjadi alasan utama bagi penulis untuk mengangkat sebuah tulisan yang bertema “ Pembaharuan Muhammadiyah di Kec. Alla Kab.Enrekang “ ditinjau dari perspektif historisnya untuk melihat lebih khusus pada apa dan bagaimana perkembangannya budaya-budaya local dan tradisi-tradisi serta ritual yang dilakukan oleh masyrakat di Bone sebelum dan sesudahnya Islam berkembang di Kabupaten Bone ini.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada uraian diatas maka dapatlah dirumuskan permasalahan dalam penulisan skripsi ini sebagai berikut :
1. Bagaimana pertumbuhan dan perkembangan Muhammadiyah di kec. Alla kab. Enrekang?
2. Bagaiman peranan Muhammadiyah di kec. Alla kab. Enrekang?
3. Bagaimana pola kehidupan masyarakat kec. Alla kab. Enrekang sebelum dan setelah masuknya Muhammadiyah?
C. Definisi Operasinal
Skripsi ini berjudul “ Pembaharuan Muhammadiyah di kec. Alla kab. Enrekang “. Ada beberapa kata yang digunakan dalam judul skripsi dan mendapat aksentuasi agar tidak terjadi kesalah pahaman dan penafsiran dalam memahami isi skripsi ini selanjutnya, yaitu ” pembaharuan“, “ Muhammadiyah “, “ kecamatan Alla ”, dan “ kabupaten Enrekang”
· Pembaharuan diartikan sebagai proses atau cara memperbaiki sesuatu yang sebelumnya telah telah ada menjadi lebih baik lagi.
· Muhammadiyah secara bahasa Muhammadiyah berasal dari bahasa Arab yaitu Muhammad yaitu Nabi Muhammad SAW. Kemudian ditambah ya nisbah yang artinya menjeniskan. Jadi Muhammadiyah berarti umat “Muhammad SAW atau pengikut Muhammad SAW. Jadi secara etimologis semua orang yang mengikuti Nabi Muhammad SAW adalah orang Muhammadiyah.
· Kecamatan Alla adalah bagian wilayah administratif di bawah Kabupaten/Kotamadya Enrekang yang terdiri atas Desa dan Kelurahan. Dalam hal Otonomi Daerah, Kecamatan merupakan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Kabupaten/Kotamadya yang mempunyai wilayah kerja tertentu dibawah pimpinan Camat.
· Kabupaten Enrekang adalah salah satu Daerah Tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Indonesia. Ibu kota kabupaten ini terletak di Kota Enrekang. Daerah ini disebut MASSENREMPULU' yang artinya meminggir gunung atau menyusur gunung, sedangkan sebutan Enrekang dari ENDEG yang artinya NAIK DARI atau PANJAT dan dari sinilah asal mulanya sebutan ENDEKAN. Masih ada arti versi lain yang dalam pengertian umum sampai saat ini bahkan dalam Adminsitrasi Pemerintahan telah dikenal dengan nama “ENREKANG” versi Bugis sehingga jika dikatakan bahwa Daerah Kabupaten Enrekang adalah daerah pegunungan sudah mendekati kepastian, sebab jelas bahwa Kabupaten Enrekang terdiri dari gunung-gunung dan bukit-bukit sambung-menyambung mengambil ± 85% dari seluruh luas wilayah sekitar 1.786.01 Km². Menurut sejarah, pada mulanya Kabupaten Enrekang merupakan suatu kerajaan besar yang bernama MALEPONG BULAN, kemudian kerajaan ini bersifat MANURUNG dengan sebuah federasi yang menggabungkan 7 kawasan/kerajaan yang lebih dikenal dengan federasi ”PITUE MASSENREMPULU”, yaitu:
Kerajaan Endekan yang dipimpin oleh Arung/Puang Endekan
Kerajaan Kassa yang dipimpin oleh Arung Kassa'
Kerajaan Batulappa' yang dipimpin oleh Arung Batulappa'
Kerajaan Tallu Batu Papan (Duri) yang merupakan gabungan dari Buntu Batu, Malua, Alla'. Buntu Batu dipimpin oleh Arung/Puang Buntu Batu, Malua oleh Arung/Puang Malua, Alla' oleh Arung Alla'
Kerajaan Maiwa yang dipimpin oleh Arung Maiwa
Kerajaan Letta' yang dipimpin oleh Arung Letta'
Kerajaan Baringin (Baringeng) yang dipimpin oleh Arung Baringin
Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa yang dimaksud dengan Pembaharuan Muhammadiyah di kec. Alla kab. Enrekang adalah sebuah gambaran perjuangan sekelompok pengikut Muhammad saw yang berusaha merubah pola kehidupan masyarakat kec. Alla kab. Enrekang yang melenceng dari ajaran agama yang sebenarnya telah dibawakan oleh nabi Muhammad saw.
D. Metodologi Penelitian
Metode yang digunakan adalah metode penelitian sejarah yang terdiri dari empat tahap yakni :
1. Heuristic yakni kegiatan mencari dan mengumpulkan sumber sejarah sebanyak mungkin yang berhubungan dengan skripsi ini tanpa memberikan penilaian sumber itu asli atau bukan. Langkah-langkah yang digunakan adalah sebagai berikut “
a. Melalui penelusuran pi\ustaka, mencari data baik berupa buku maupun karya tulis ilmiah yang mungkin relevan dengan skripsi ini.
b. Melakukan penelitian langsung kelapangan yakni dengan cara :
· Interview atau wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui bercakap-cakap dan berhadapan dengan orang yang dapat memberikan keterangan pada si peneliti.
· Observasi atau pengamatan yaitu digunakan dalam rangka mengumpulkan data dalam suatu penelitian, merupakan hasil perbuatan jiwa secara aktif dan penuh perhatian untuk menyadari adanya sesuatu rangsangan yang diinginkan atau suatu studi yang disengaja dan sistematis tentang keaadan atau fenomena social dan gejala-gejala psikis dengan jalan mengamati dan mencatat.
2. Kritik yakni penelitian tentang keabsahan sumber atau data. Sumber atay data yang telah diperoleh kemudian dikumpul, diselidiki lalu dikategorikan keaslian dan relevan atau tidak dengan masalah yang akan diteliti. Dalam metode ini digunakan dua cara yaitu :
a. Kritik ekstrem yaitu : menyangkut tentang keaslian sumber baik bentuk maupun isinya.
b. Kritik intern yaitu : meneliti sumber atau data yang diperoleh tersebut dapat dipercaya dan apakah informasi yang ada didalamnya sesuai dengan kenyataan.
3. Interpretasi yakni : menetapkan makna dengan menghubungkan data yang satu dengan data yang lainnya dan saling relevan, lalu hasil dari penyesuaian tersebut lalu dimunculkan satu penafsiran yang baru.
4. Historiografi yakni setelah proses interpretasi dilakukan, kemudian disampaikan dalam bentuk tulisan. Menggunakan bahasa, yang mudah dipahami menguraikan hasil penelitian dan tulisan serta memberikan analisis.
E. Tinjauan Pustaka
Dalam membahas tentang Pembaharuan Muhammadiyah secara umum telah banyak ditulis dan disajikan dalam berbagai buku dan karya ilmiah lainnya. Adapun buku atau karya ilmiah yang penulis anggap relevan dengan obyek penelitian ini diantaranya Mustafa Kamal Fasha membahas tentang gerakan pembaharuan Muhammadiyah di Enrekang.
Sedangkan perbandingannya adalah tulisan/ buku yang membahas secara khusus pembaharuan Muhammadiyah di kecamatan Alla kabupaten Enrekangseperti Menurut DR. Harun Nasution, pembaharuan maksudnya yakni :
a. Pembaharuan yang dimaksud ialah perubahan sifat adat tradisional yang tidak sesuai dengan ajaran Islam, bertajlid buta, jamud dan lain-lain sebagainya.
b. Istilah Tajdid atau pembaharuan dalam kalangan Muhammadiyah diartikan sebagai berikut :
“Pikiran, aliran dan uasaha untuk merubah faham-faham adat istiadat, institusi-institusi lain dan sebagainya untuk disesuaikan dengan suasana baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
F. Tujuan dan Kegunaan
Penulisan skripsi ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang proses pembaharuan muhammadiyah di kec. Alla kab. Enrekang, bentuk-bentuk perubahan yang telah dialami dan dirasakan oleh masyarakat local sebelum dan sesudah masuknya Muhammadiyah di Enrekang sampai saat ini.
Sedangkan kegunaan skripsi ini diharapkan bermanfaat pada perkembangan ilmu pengetahuan khususnya sejarah Islam. Hasilnya dapat dimanfaatkan lebih lanjut baik sebagai bacaan bagi generasi penerus dan atau menjadi bahan acuan dalam penelitian yang lebih lanjut, serta memberikan informasi bagi para pembaca tentang gerakan pembaharuan Muhammadiyah yang ada di kecematan Alla pada khususnya dan kabupaten Enrekang pada umumnya.
G. Garis-garis Besar Isi Skripsi
Skripsi ini terdiri dari lima bab dan masing-masing bab terdiri dari sub bab yang pada garis besarnya adalah :
BAB I PENDAHULUAN
Penulis memaparkan permasalahan yang merupakan pokok pembahasan, hipotesis, pengertian judul, metodologi yang digunakan, tinjauan pustaka dan diakhiri dengan garis-garis besar isi skripsi.
BAB II GAMBARAN UMUM KABUPATEN ENREKANG
Penulis memaparkan dan membahas tentang Kabupaten Enrekang yang meliputi geografisnya, keadaan penduduk meliputi mata pencahariannya, pendidikan kebudayaan serta kepercayaan masyarakat Islam sebelum mengenal ajaran Islam.
BAB III TINJAUAN UMUM
Tinjauan umum yang dimana pemaparan dan membahas tentanggerakan pembaharuan Muhammadiyah di kecematan Alla kabupaten Enrekang, yaitu menyangkut proses Islamisasi di Kabupaten Bone, kondisi masyarakat sebelum dan sesudah masuknya Muhammadiyah.
BAB IV PROSES DINAMIKA BUDAYA ISLAM DI BONE
Penulis memaparkan dan membahas tentang perkembangan budaya Islam
serta tantangan yang dihadapinya.
BAB V PENUTUP
Merupakan bab penutup berisi sub bab kesimpulan dan saran.
KOMPOSISI BAB
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Rumusan Masalah
C. Pengertian Judul
D. Tinjauan Pustaka
E. Metode Penelitian
F. Tujuan dan Kegunaan
G. Garis-garis Besar Isi Skripsi
BAB II GAMBARAN UMUM KECAMATAN ALLA
A. Sejarah Singkat Perkembangannya
B. Keadaan Geografis dan demografis
C. Penduduk dan Sosial Budaya
D. Agama dan Kepercayaan
BAB III PROSES ISLAMISASI DI KECAMATAN ALLA
A. Pengertian Muhammadiyah
B. Latar Belakang Masuknya Muhammadiyah
BAB IV PROSES PEMBAHARUAN MUHAMMADIYAH DIKECAMATAN ALLA
A. Kehadirannya Muhammadiyah dalam masyarakat
B. Pembinaan dan Pemeliharaannya
C. Tantangan dan Dukungan
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRA
DAFTAR PUSTAKA
A.Jainuri. 2000. Muhammadiyah Gerakan Reformasi Islam di Jawa Pada Awal Abad ke-20, (Surabaya : PT. Bina Ilmu)
Abu Bakar Surur, lektur agama dalam Aksara Lontara Berbahasa Bugis” dalam Al-Qalam: Jurnal Penelitian Agama dan Sosial Budaya” No. 12 Tahun VII Juli/Desember 1995 (Ujung Pandang: Balai Penelitian Lektur Keagamaan).
Ahmad Dahlan. Artikel resmi Parsyarikatan Muhammadiyah.
Anonymoous. 2011. artikel Gerakan Muhammadiyah. Jakarta
Ahmad Syafii Maarif. 2011. artikel Strategi Dakwah Muhammadiyah. Jakarta.
DR. Harun Nasution. 2000. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan. Bulan Bintang: Jakarta.
Fakhrurazi Reno Sutan. 2009. Muhammadiyah Dan Bisnis. Jakarta.
Lubis arbiyah .1989. Pemikiran Muhammadiyah dan Muhammad Abduh . PT Karya Unipress, Jakarta.
Mustafa Kamal Fasha. 1998. et al, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam. Cet. V; Yogyakarta : PN. Persatuan.
Paeni, Mukhlis (dkk). 1986. “Kepemimpinan dan Kelembagaan di Sulawesi Selatan” (makalah) Seminar Nasional HIPIIS. Ujung Pandang.
Sairin. Weineta, 1995. Gerakan Pembaharuan Muhammadiyah. PT Fajar Interpratama, Jakarta
Syamsudin . 1990. Muhammadiyah Kini dan Esuk. Pustaka Panjimas, Jakarta.
Fakhrurazi Reno Sutan. Muhammadiyah Dan Bisnis. Jakarta: 2009. Hal:1 Ibid, hal: 3
A. Jainuri. Muhammadiyah Gerakan Reformasi Islam di Jawa Pada Awal Abad ke-20, (Surabaya : PT. Bina Ilmu 2000), h. 22
Mustafa Kamal Fasha, et al, Muhammadiyah Sebagai Gerakan Islam (Cet. V; Yogyakarta : PN. Persatuan, 1998), h. 31
DR. Harun Nasution. Pembaharuan Dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, ( Jakarta : Bulan Bintang, 2000). h. 9.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Design By Mr. Jack. Diberdayakan oleh Blogger.
0 komentar:
Posting Komentar